Jadi sekali lagi intinya adalah tadi, para pelamar kerja bisa saja melamar pada posisi tertentu, namun HRD akan kembali menentukan di posisi apa mereka akan diberi kesempatan untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Keputusan ini tentu saja diambil melalui beberapa faktor, bisa saja berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi, pengalaman magang atau pengalaman kerja.
Tes Tulis
On-line
Bagi para pelamar kerja yang lolos seleksi
administrasi, selanjutnya mereka akan dihadapkan pada tes tulis on-line. Sebutan
mereka saya rubah, agar lebih sesuai dengan konteks pembahasan: yang awalnya
“pelamar kerja”, menjadi “peserta tes”.
Karena secara on-line, tentu saja para peserta
tes bisa mengerjakannya di mana pun, selagi memiliki koneksi jaringan internet
yang cukup stabil. Ingat, ya! Harus stabil!
Namun yang perlu diperhatikan lagi adalah
jadwal tes. Karena tes tulis on-line ini tidak dikerjaan secara serentak oleh
seluruh peserta tes. Biasanya HRD sudah menyusun jadwal khusus bagi para
peserta tes untuk melaksanakan tes tulis on-line-nya masing-masing. Hal tersebut
barangkali bertujuan untuk mengurangi beban server.
Teknis plaksanaan tes tulis on-line cukup sederhana.
Tentu saja, yang pertama dilakukan adalah para peserta harus mematuhi jadwal
pelaksanaan ujian tes on-line masing-masing. Selanjutnya, membuka laman PPGB
2019. Di sana akan ditemukan menu baru untuk mulai mengerjakan tes tulis
on-line, yang sebelumnya tidak ditemukan saat seleksi PPGB 2019 masih dalam
tahap seleksi administrasi. Terakhir, silahkan log-in dengan akun
masing-masing.
Dan, selamat mengerjakan! Semua petunjuk
mengerjakan tes tulis on-line akan dijelenterehkan di halaman pertama tes tulis
on-line.
Lalu bagaimana dengan soal tesnya? Jenis
soal apa saja yang diujikan?
Terdapa dua jenis soal yang akan diujikan,
yaitu Tes Kemampuan Dasar Umum (TKDU) dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah
50 soal, dan tes kompetensi dalam bentuk esai sebanyak 10 soal. Saya lupa
berapa durasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan 60 soal itu, tapi satu
hal yang saya ingat: HRD will not give an
easy time for participants to finish the test.
Tidak semua jenis soal TKDU diujikan di tes
tulis on-line ini. Saya masih ingat betul, pada TKDU PPGB 2018 tes Pola Gambar
tidak diujikan. Sedangkan untuk jenis-jenis soal lain seperti tes deret angka,
dan logika tetap diujikan. Selain soal TKDU umum, soal bahasa Inggris dan
pengetahuan Islam juga diujikan. Namun bisa saja itu semua berubah untuk
tahun-tahun berikutnya.
Selanjutnya ada tes kompetensi. Pemilihan soal
pada tes ini disesuaikan dengan posisi yang HRD loloskan pada seleksi berkas.
Misalnya bagi para pelamar yang lolos sebagai calon guru, maka soal
kompetensinya tidak jauh tentang teori pendidikan atau mengajar. Misalnya lagi,
untuk mereka yang diloloskan untuk posisi staf HRD, maka soal kompetensi yang diujikan
pasti seputar manajemen sumber daya manusia. Begitu seterusnya untuk posisi-posisi
yang lain.
Sebagai catatan, tidak semua posisi harus
mengikuti tes tulis kompetensi ini. Seingat saya, beberapa posisi seperti
admin, dan operator-operator lapangan, hanya diminta untuk mengikuti TKDU. Mereka
nantinya akan lebih digenjot di tes praktik yang akan diadakan setelah tes tulis
on-line ini.
Sekali lagi saya tekankan, penggunaan jaringan
internet yang stabil sangat penting dalam pelaksanaan tes tulis on-line ini. Oh
ya, satu lagi, bagi yang menggunakan token listrik di rumah, pastikan kuotanya
sudah terisi. Dan pastikan juga yang menggunakan paket data seluler untuk
mengakses internet, pastikan masa aktifnya belum memasuki masa tenggang dan
jumlah kuotanya masih cukup.
Sungguh, kerepotan demi kerepotan akan melanda
kalian, wahai para peserta tes, kalau tiba-tiba koneksi internet atau daya
listrik kalian mati di tengah proses mengerjakan tes.
Tes
Membaca Al-quran, Praktik dan Wawancara
Bagi para peserta tes tulis on-line yang
lolos, maka tes yang harus dihadapi selanjutnya adalah 3 rangkaian tes akhir, yakni
tes membaca al-quran, praktik, dan yang paling menentukan: wawancara kerja. Rangkaian
tes tersebut akan dilaksanakan selama 1 hari penuh, langsung di lokasi. Dengan
kata lain, para peserta diharuskan datang ke As-Syifa secara langsung pada
penyelenggaraan tes akhir ini.
Bagi para peserta yang memang berdomisili di
Subang, tentu saja bukan perkara sulit untuk langsung datang lokasi pada hari
dilaksanakan tes. Nah, yang biasanya menjadi pertanyaan:
Bagaimana
dengan saya, saya asalnya cukup jauh dari Subang? Apakah di sekitar As-Syifa
terdapat penginapan untuk bermalam sebelum datang ke lokasi tes?
Tenang, tenang!
HRD sudah menyiapkan tempat bermalam, lengkap
dengan kasur, dan kamar mandinya, untuk mempermudah akomodasi para peserta tes
yang berasal dari luar Subang. Sudah cukup?
Kalau belum cukup, HRD juga sudah menyiapkan
fasilitas yang lain: sarapan pagi, dan makan siang.
Ya, para peserta tes juga tidak perlu risau
soal mau makan apa dan di mana, punya uang atau tidak, karena HRD juga sudah
menyediakan jatah sarapan, makan siang, ditambah makanan ringan (snack) pada
hari dilaksanakannya tes untuk semua peserta tes. Dan semua itu, bisa
didapatkan secara gratis.
Sudah cukup, kan? Saya harap sudah. Karena saya
yakin, hanya As-Syifa yang memanjakan para pelamar kerjanya.
Kembali kepada pelaksanaan tes. Seperti yang
sudah dijelaskan tadi, tes terakhir ini memiliki 3 rangkaian: tes membaca
Al-quran, praktik, dan wawancara kerja. Setelah semua peserta tes dikumpulkan
dalam satu tempat dan satu waktu di hari pelaksanaan tes, para peserta diminta
menunggu namanya dipanggil oleh panitia Seleksi PPGB untuk menjalani tiap
tahapan tes.
Di alam proses menunggu panggilan, saya
sarankan para peserta tes harus memiliki tingkat sabar yang tinggi. Maksudnya, semisal
seorang peserta tes sudah dipanggil dan (selanjutnya) selesai menjalani tes
al-quran, dia tidak bisa secara langsung menjalani dan menyelesaikan tes-tes
yang lain, alias dia juga masih harus menunggu namanya dipanggil lagi untuk
tes-tes selanjutnya. Sebab masing-masing ruang tes, secara otomatis sudah
dipenuhi oleh peserta yang lain.
Dengan jumlah penguji yang terbatas, dibanding
dengan jumlah peserta tes yang hampir menyentuh angka 400-an, membuat proses
menunggu itu terasa sangat lama bagi banyak peserta. Saya dan beberapa peserta
Seleksi PPGB 2018 merasakannya betul.
Ya, kuncinya sabar. Hal-hal semacam itu adalah
bagian dari proses. Jalanin saja.
Saya sendiri pada Seleksi PPGB 2018, sekitar
pukul 17.00 baru menyelesaikan seluruh rangkaian tes. Saran saya, gunakan waktu
menunggu untuk ngobrol dan berkenalan dengan peserta lain, siapa tahu mendapat
teman jodoh dunia-akhirat.
Baiklah, untuk lebih memudahkan penjelasan terkait rangkaian tes terakhir ini, saya jelaskan satu persatu-satu saja.
Tes Membaca
Al-quran
Dari namanya saja sudah jelas. Di dalam tes
ini, para penguji yang akan memilihkan surat yang harus dibaca oleh para
peserta tes.
Seberapa panjang
yang harus dibaca?
Seingat saya, tidak lebih dari satu halaman.
Namun yang perlu diingat, sebelum mulai
pengujian, biasanya para penguji ingin mengetahui tentang kebiasaan membaca
Al-quran para peserta tes. Semakin rajin membaca Al-qurannya, biasanya surat/ayat
yang dipilihkan akan semakin memiliki tingkat kesulitas untuk dibaca. Demikian
sebaliknya.
Dan tentu, saja semakin rajin dan tartil
membaca al-quran seorang peserta tes, maka peluang untuk mendapat skor besar di
tes ini akan semakin besar.
Lalu
bagaimana dengan kami-kami yang masih belum lancar dan belum rajin baca Al-qurannya?
Saran saya, dalam obrolan di awal, kita
menjelaskan apa adanya saja. Kalau memang belum memiliki kebiasaan membaca Al-quran
yang rutin, misalnya baru sempat membacanya dua hari sekali, itu pun tidak
lebih dari satu halam, dan cara membacanya juga belum tartil, ya, sampaikan saja
demikian kepada para penguji. Toh nantinya saat di tes membaca, para penguji
akan memilihkan surat yang relatif mudah untuk dibaca.
Satu hal lagi. Para peserta juga akan ditanyai
dan dites soal hafalan Al-quran. Sama seperti di atas, lebih baik sampaikan apa
adanya saja, entah sudah hafal 10 juz, 5 juz, 1 juz, atau bahkan hanya surat-surat
pendek di juz 30, misalanya. Nantinya para penguji akan mengetes hafalan para
peserta tes, sesuai dengan kadar kemampuannya.
Setahu saya, tidak ada batasan khusus harus
hafal berapa surat/juz dan harus seberapa tartil dalam membaca al-quran untuk
bisa menjadi pegawai As-Syifa, namun tidak berarti dua hal tersebut tidak
menjadi pertimbangan penilaian. Para penguji tetap melihat hal itu sebagai
salah satu pertimbangan.
Namun di atas itu semua, ada yang lebih utama: komitmen
untuk terus belajar dan menghafal Al-quran selama berada di As-Syifa. Itu yang
akan menjadi pembahasan pamungkas di tes membaca Al-quran nanti.
Tes
Praktik
Pada Seleksi PPGB 2018, posisi-posisi seperti
staf HRD, staf Litbang, tidak harus menjalani tes praktik. Namun kabar terakhir
yang saya dengar, pada PPGB 2019, semua peserta yang melamar di semua posisi
diharuskan menjalani tes praktik.
Tentu saja tes praktik di sini, disesuaikan
dengan posisi yang dilamar.
Untuk posisi guru (posisi dengan kebutuhan
terbanyak di As-Syifa), misalnya, mereka harus menjalani praktik mengajar
(micro teaching) langsung di hadapan para murid. Murid-murid As-Syifa dikenal
cukup aktif.
Selain harus menyiapkan dan memahami materi yang akan disampaikan,
saran saya para peserta tes micro
teaching juga harus harus selalu siap ketika mereka tiba-tiba bertanya
tentang suatu hal di tengah proses mengajar. Tidak bisa/salah dalam menjawab
pertanyaan dari mereka, bisa menjadi nilai minus dalam tes praktik ini.
Contoh lain, tes praktik untuk posisi admin. Tes
praktiknya tidak akan jauh tentang praktik mengoperasikan software-software
PC/laptop. Biasanya para calon admin ini akan diminta untuk menunjukkan skill
mengetik, dan mendesain mereka.
Lalu untuk posisi operator lapangan, seperti koki,
driver, cleaning service (CS), kasir, security,
dan lain-lain, akan menjalani tes praktik sesuai dengan bidang masing-masing.
Untuk posisi koki akan menjalani praktik memasak sesuai dengan standar
As-Syifa. Yang memilih posisi driver,
akan langsung dites keahlian mengemudinya. Para calon security akan dites baris-berbaris dan beberapa kekuatan fisik. Dan
begitu seterusnya untuk posisi-posisi yang lain.
Cukup banyak posisi kerja yang terdapat di
As-Syifa. Saya sendiri, tidak mengetahui secara detail tes praktik yang harus
dijalankan untuk masing-masing posisi. Namun untuk megetahui hal itu, saya rasa
masing-masing peserta bisa memvisualkannya berdasarkan nama/identitas posisi
kerja yang dilamar.
Tes Wawancara
Biasanya para pewawancara mencoba berkenalan
dengan para peserta tes, mulai dari nama sampai latar belakang keluarga secara
umum, sebelum memasuki sesi pertanyaan.
Pertanyaan pertama yang dilontarkan, kalau
saya tidak salah ingat, adalah seputar gambaran umum tentang As-Syifa.
Dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan umum wawancara kerja lainnya, seperti kelebihan
dan kekurangan diri, alasan memilih bekerja di As-Syifa, pengalaman kerja dan
organisasi, dan pertanyaan-pertanyaan umum lainnya. Baru setelah itu, mereka
menanyakan pertanyaan-pertanyaan seputar kompetensi, atau posisi yang dilamar.
Satu hal yang tidak kalah penting untuk
diketahui, As-Syifa adalah lembaga Islam, jadi pewawancara juga akan menanyakan
tentang kegiatan-kegiatan keislaman para peserta tes, biasanya seputar
pengajian atau kajian-kajian yang rutin diikuti. Atau bisa juga para
pewawancara menanyakan organisasi-organisasi keislaman apa saja yang pernah
atau masih diikuti.
Dan satu lagi, para pewawancara juga akan
menanyakan pandangan kita tentang satu atau beberapa peristiwa yang sedang
ramai terjadi di tanah air, atau bisa juga suatu hal terkait kebangsaan. Seperti
pada Seleksi PPGB 2018, saya ditanyai soal demokrasi dalam pandangan Islam.
Salah satu teman saya, ditanyai soal konsep khilafah dalam Islam. Dan teman
saya yang lain, diarahkan untuk membahas kasus Al-Maidah 51.
Pada tahap ini, saya rasa pewawancara ingin
mengetahui sejauh mana keimanan para peserta terhadap Islam digunakan sebagai cara
pandang untuk melihat dan bersikap terhadap sebuah peristiwa.
Saya rasa hal ini adalah hal biasa yang
ditanyakan kepada para calon pegawai baru di lembaga atau perusahaan yang
ideologi Islamnya kuat. Karena bakal aneh, jika sebuah lembaga atau perusahaan
Islam memiliki pegawai yang justru mendukung legalisasi pernikahan sesame jenis
atas nama HAM, misalnya, atau yang justru menyalahkan rakyat Palestina terhadap
perlawanan-perlawanan mereka terhadap tentara Israel.
Hal-hal tersebut tentu bertentangan dengan
cara pandang Islam dalam segi akidah maupun muamalah. Orang-orang yang demikian,
saya rasa tidak cocok untuk berada dalam lingkungan kerja yang ideologi Islamnya
kuat, seperti As-Syifa.
Dari sini, biasanya muncul
pertanyaan-pertanyaan lanjutan:
Lalu bagaimana
penerimaan As-Syifa terhadap orang-orang yang praktik ibadah atau muamalahnya berlatar
belakang NU, Muhammadiyah, Salafi, Persis, dan lain-lain?
Secara umum As-Syifa tidak mempermasalahkan
apa pun latar belakang keislaman para calon pegawainya. As-Syifa membuka pintu
bagi semua orang dengan latar belakang keagamaan yang berbeda-beda.
Saya kasih contoh kecil di lapangan. Beberapa
pegawai As-Syifa ada yang lebih memilih berpenampilan dengan celana cingkrang,
yang lainnya tidak. Beberapa ada lebih suka menggunakan jubah untuk solat, yang
lainnya lebih nyaman dengan gaya khas NU, pakai sarung dan peci hitam. Beberapa
imam solat di sini, yang juga berstatus pegawai, ada yang memilih keras dalam
membaca “basmallah” di awal pembacaan surat Al-Fatehah, sedang yang lain memilih lirih. Dan masih banyak
lagi perbedaan-perbedaan semacam itu di As-Syifa.
Namun ada satu hal yang dituntut untuk
serempak, khususnya bagi para pegawai perempuan: mereka diwajibkan mengenakan
kerudung panjang dan lebar, plus berkaos kaki. Alasannya sudah cukup jelas saya rasa.
Nha, kembali membahas tes wawancara.
Seperti biasa, pewawancara akan menutup wawancara dengan pertanyaan pamungkas: berapa gaji yang diinginkan kalau diterima
sebagai pegawai As-Syifa?
Kalau soal ini, lebih baik realistis saja.
Kalau merasa masih fresh graduate, ya,
penawarannya jangan terlalu tinggi: sedikit di atas UMR, itu sudah maksimal.
Namun kalau memang sudah berpengalaman, dan merasa memiliki nilai jual tinggi,
tidak ada salahnya untuk bernegosiasi dengan angka yang sedikit lebih tinggi.
Nah, pertanyaan di atas, biasanya akan
dilanjutkan pertanyaan yang lebih pamungkas lagi: Bagaimana jika gaji yang diterima anda lebih kecil dari yang anda
harapkan? Apakah anda akan tetap menerimanya atau tidak?
Nah, menyangkut pertanyaan ini, mah, hanya masing-masing peserta tes yang
lebih paham dan berhak untuk menjawab. Kalau saya dulu, sih, jawabnya: Iya!
0 comments:
Post a Comment