Skuat Milan di Musim Kompetisi Serie A 18/19 / sempremilan |
Kompetisi sepakbola kasta tertinggi Italia (Serie A) musim 18/19
sudah resmi berakhir prematur. Juventus sudah bisa mengunci gelar juara
ketika kompetisi baru berjalan di pekan ke-33. Sedangkan kompetisi secara resmi
baru berakhir pada pekan ke-38. Terlebih lagi, Juventus sama sekali tidak
tersetuh oleh tim-tim lain dalam perebutan posisi puncak, bahkan oleh Napoli, sang
runner-up yang berselisih sampai 20 poin ketika gelar juara sudah dipastikan
menjadi milik klub asal Kota Turin itu.
Tim-tim besar Serie A yang lain, seperti Inter, Milan, dan Roma,
justru gagal memperlihatkan taji mereka sebagai tim besar, dan sebagai tim yang
punya sejarah besar. Mereka justru nguplek sendiri
dalam memperebutkan posisi ketiga dan keempat. Layaknya tim-tim semenjana pada
umumnya, mereka sudah sangat “merasa accomplish sesuatu” saat berhasil
memperoleh tiket Liga Champions di musim berikutnya.
Nasib lumayan mujur masih menaungi Inter. Mereka bisa finish
di posisi empat besar, yang artinya mereka masih berhak memperoleh satu tiket
ke Liga Champions musim depan. Naas bagi Milan dan Roma, yang justru harus tercecer
ke posisi kelima dan keenam. Hal itu memupuskan harapan mereka untuk bisa
berkompetisi di Liga Champions musim depan.
Justru Atalanta, tim medioker yang sama sekali tidak
dipertimbangkan, yang secara mengejutkan bisa finish
di posisi ketiga. Selain sukses membuat malu wajah Inter, Roma, dan Milan, hal
itu membuat mereka berhak berkompetisi di Liga Chamipons untuk pertama kalinya
di sepanjang sejarah klub.
Melihat hal itu tentu saja membuat saya cukup gusar. Apalagi
melihat Milan (tim yang sudah saya ikuti sepak terjangnya beberapa tahun
terakhir ini) yang lagi-lagi gagal untuk memenuhi harapan para fans-nya,
yang hanya ingin melihat tim yang disukainya itu bisa berlaga
lagi di kompetisi Liga Champions.
Para fans Milan pasti paham, bahwa klub itu sedang dalam
masalah finansial yang cukup serius, disebabkan sudah melanggar Finansial
Fair Play (FFP). Andai saja lolos ke Liga Champios, Milan sebenarnya secara otomatis berhak atas dana segar sekitar 800-an milyar sebagai hadiah kepada setiap tim yang mampu
lolos ke bapak penyisihan grup Liga Champions.
Dana sebanyak itu tentu saja akan sangat membantu Milan dalam
usahanya menyeimbangkan neraca keuangan mereka yang masih defisit sampai saat
ini.
---
Dengan berakhirnya musim kompetisi, jagat sepakbola selanjutnya
diramaikan dengan bursa trasnfer pemain. Momen tersebut adalah waktu tepat bagi
Milan untuk segera moved on dari masa-masa suramnya, dan yang paling
penting segera pulih dari masalah finansial mereka.
Salah satu langkah yang paling lumrah dilakukan klub-klub yang tersandung
masalah finansial tentu saja dengan memperoleh dana segar sebesar dan sesegera mungkin, serta menekan pengeluaran klub seefisien mungkin.
Lalu dari mana Milan bisa memperoleh dana segar dengan jumlah yang
relatif besar?
Dari penjualan para pemainnya. Dan di posisi sekarang, saya rasa Milan tidak punya pilihan lain selain harus menjual beberapa pemain pentingnya.
Dari penjualan para pemainnya. Dan di posisi sekarang, saya rasa Milan tidak punya pilihan lain selain harus menjual beberapa pemain pentingnya.
Beberapa pemain Milan, seperti Cristian Zapata, Ignazio Abate, Jose
Mauri, Riccardo Montolivo, dan Andrea Bertolacci sudah dipastikan hengkang dari
Milan. Hengkangnya mereka bukan disebabkan ada tim lain yang membelinya, tapi karena
manajemen Milan yang memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak mereka yang
berakhir pada Juni 2019. Itu artinya, Milan tidak memperoleh apa-apa dengan kepergian mereka.
Meski tidak banyak membantu dalam mengurangi krisis finansial Milan,
tapi paling tidak hengkangnya mereka akan sedikit mengurangi pengeluaran klub yang
berasal dari gaji pemain.
---
Untuk sedikit menstabilkan neraca finansial, saya rasa Milan mau tidak mau harus mampu menjual
beberapa pemain pentingnya dan tentu saja ditambah lagi
dengan menjual beberapa pemainnya yang memang tidak banyak berkontribusi bagi klub.
Sebagai seseorang yang lumayan mengikuti perjalan Milan sejak era
kepemilikan Yonghong Li, saya rasa tidak ada salahnya dong untuk sedikit
mengeluarkan unek-unek saya tentang siapa saja pemain Milan yang sebaiknya dijual demi menstabilkan kembali kondisi finansial klub,
sekaligus mungkin juga bisa meningkatkan performa klub dengan hengkangnya para
pemain ini.
Pemain-pemain Milan yang sebaiknya dijual di bursa transfer musim panas 2019 adalah:
Antonio Donnaruma
Antonio Donnaruma (yang merupakan Kakak dari G. Donnaruma)/worldfootball.net |
Saya rasa tidak bayak yang akan protes jika saya berpedapat, A.
Donnaruma lebih baik angkat kaki saja dari Milan. Di musim kompetisi Serie A
17/18 saja, dia tidak mendapat jatah bermain semenit pun. Dengan kata lain, nol
kontribusinya untuk Milan.
Satu-satuya konstribusinya untuk Milan adalah pada musim kompetisi
16/17, saat transfernya ke Milan pada saat itu menjadi salah satu syarat dari
pihak G. Donnaruma (kiper utama Milan) untuk mau memperpanjang kontrak dengan
Milan. Maka tidak heran, jika para fans radikal Milan menjulukinya sebagai
parasit di tubuh Milan.
Memang betul jika A. Donnaruma jadi hengkang dari Milan tidak serta
merta membuat krisis finansial Milan membaik. Lah wong harganya cuma 500 ribu
euro. Tapi paling tidak, itu bisa sedikit memperbaiki wajah Milan di deretan
para pemain.
Masa tim sekelas Milan, pemegang gelar Liga Champions tujuh kali,
punya pemain yang sudah berusia 29 tahun dengan harga Cuma 500 ribu euro. Kan
wagu!
Gianluigi Donnaruma
G. Donnaruma dalam kostum Timnas Italia/worldfootbal.net |
Muda, bertalenta, dan tajir. Itulah gambaran umumnya. Di usianya
yang masih 20 tahun, dia sudah mampu menjadi salah satu kiper dengan bayaran
tertinggi di Serie A. Selain itu, sejak pertama kali diorbitkan dari tim Primavera
(Tim Juniornya Milan), G. Donnaruma selalu menjadi pilihan utama pelatih untuk
menjaga pos pertahanan terakhir Milan. Singkat kata, dia adalah aset paling
berharga Milan saat ini.
Berkat penampilannya yang secara umum apik, harga jualnya pun melambung tinggi. Sampai saat ini harga pasaran kiper yang sudah
berhasil menembus timnas senior Italia itu berada di angka 55 juta euro, atau
sekitar 790-an milyar rupiah.
Perlu diingat, bahwa kondisi finansial Milan sedang krisis. Oleh
karena itu, saya rasa penjualan aset terbaik adalah salah satu cara efisien
yang bisa dilakukan Milan untuk sedikit membebaskan klub dari kondisi tersebut.
Jika Milan berhasil menjualnya, selain dipastikan akan memperoleh dana
segar dengan jumlah yang cukup tinggi, Milan juga bisa mengurangi pengeluaran
klub dari gaji G. Donaruma, yang mencapai 4,5 juta euro per pekan.
Kalau dirupiahkan itu sekitar 71 juta. Iya, 71 juta. Kalian tidak salah baca atau hitung. Sekali lagi, dia digaji Milan sebesar 71 juta rupiah cuma dalam hitungan pekan!
Kalau dirupiahkan itu sekitar 71 juta. Iya, 71 juta. Kalian tidak salah baca atau hitung. Sekali lagi, dia digaji Milan sebesar 71 juta rupiah cuma dalam hitungan pekan!
Nah, lalu siapa yang akan menjadi penggantinya di skuat utama
Milan?
Kalau soal itu, saya tidak terlalu risau. Milan masih punya Pepe
Reina, kiper yang makin tua, makin jadi. Usianya sudah 30 tahun lebih, tapi
penampilan masih saja lincah saat diminta pelatih untuk meggantikan G.
Donnaruma di musim lalu.
Dan ingat! Milan juga masih punya A. Plizzari. Kiper yang tidak
kalah muda dari G. Donaruma ini sudah dipercaya menjadi kiper utama Timnas Italia di ajang Piala Eropa U-21. Dan penampilannya
dinilai banyak pihak, cukup apik. Mulai dari sana, saya cukup penasaran tentang
apa yang akan diberikan A. Plizzari untuk Milan di musim depan.
Yang jelas, kedua kiper tersebut memiliki kelebihan utama yang lumayan menguntungkan jika dilihat dari kondisi klub sekarang, yang tidak dimiliki
oleh G. Donnaruma: Gaji mereka murah. Hehehe...
Mattia Caldara
M. Caldara saat masih dipinjamkan ke Atalanta oleh Juventus/worldfootball.net |
Diboyong dari Juventus pada pertengahan musim kompetisi 18/19,
Caldara diharapkan bisa menjadi duet sepadan A. Romagnoli di jantung pertahanan
Milan. Pesta penyambutan kedatangan Caldara ke Milan saya rasa cukup meriah.
Bersama Higuain, dia dipajang di atas balkon sebuah gedung sambil melambaikan
tangan kepada para Milanisti yag mengeluh-eluhkan namanya dari bawah.
Tapi itu semua hanya sekedar euforia di awal. Baru memasuki sesi
latihan sekitaran satu atau dua bulan setelah resmi berkostum Milan, Caldara
langsung mengalami cedera parah yang mengharuskannya absen hingga enam bulan. Hasilnya,
sampai musim kompetisi Seria A berakhir, Caldara belum sama sekali diberikan
kesempatan bermain.
Kabar baik sempat muncul tentang Caldara. Dia diprediksi bisa
merumput kembali ketika Milan akan berhadapan dengan Inter di paruh kedua musim
kompetisi kemarin. Namanya memang mucul di skuat cadangan Milan. Namun setelah
pertandingan itu, namanya kembali tenggelam dari radar skuat Milan.
Jika dilihat dari ketidakkonsistenan nama Caldara masuk di skuat
Milan, saya menjadi kurang yakin dengan kapasitas Caldara yang sempat
dieluh-eluhkan sebagai salah satu bek muda terbaik Italia. Apalagi jika menilik
kondisinya musim lalu, dia sangat rawan mengalami cedera.
Oleh karena itu, menurut saya Milan lebih baik menjualnya saja.
Akibat cedera yang dideritanya selama semusim penuh, harga jualnya pun anjlok.
Yang awalnya berada di angka 35 juta euro, hanya menjadi 20 juta euro per Juli
2019. Tapi itu jumlah yang sudah lumayan lah untuk sedikit menambal kebocoran
keuangan klub.
Pertanyaan selanjutya sih, apa ada klub yang mau membeli pemain yang
rawan cedera seperti dia? Ya, lihat saja nanti.
Tapi sejujurnya, saya masih punya sedikit harapan terhadapnya untuk
bisa merumput lagi bersama Milan. Mengingat, Milan saat ini sedang sangat
membutuhkan bek tengah. Christian Zapata yang bertugas sebagai pelapis Musacchio,
dan Romagnoli, sudah dipastikan tidak diperpanjang kontraknya oleh Milan.
Kalau dia memang tidak dijual Milan, mudah-mudahan Giampaolo,
pelatih Milan yang baru, berkenan memberikan kesempatannya untuk bermain. Dan
kalau sudah diberikan kesempatan, lebih baik dia mampu memberikan penampilan
terbaiknya. Masih ingat, kan, nasib Higuain yang jersey atas namanya sampai-sampai
dipipisin fans radikal Milan gara-gara gagal memenuhi harapan banyak pihak.
Ivan Strinic
I. Strinic saat masih berseragam Napoli/wolrdfootbal.net |
Pada awalnya saya mengira, Milan cukup berutung bisa mendatangkan
Strinic ke San Siro dengan free transfer alias gratis dari Sampdoria.
Pasalnya, meski sudah berusia 31 tahun, penampilannya masih cukup memukau,
dengan mampu membawa Kroasia mencapai partai final Piala Dunia 2018. Hal ini
lah yang membuat Milan kepincut utuk memboyongnya.
Tapi lagi-lagi itu hanya euforia di awal. Persis setelah resmi
berseragam Milan, Strinic malah didiagnosis menderita penyakit jantung, lebih
tepatnya otot jantungnya yang bermasalah. Menurut beberapa sumber, hal itu bisa
menyebabkan terhambatnya peredaran darah ke seluruh tubuh. Tidak mau mengambil
risiko, dokter menyarankan Strinic untuk istirahat total dari dunia olahraga selama
enam bulan.
Setelah dinyatakan pulih dari penyakit jantungnya, Strinic
dikabarkan malah menderita cedera engkel, yang mengharuskannya kembali
istirahat selama tiga bulan. Praktis, hal itu membuatnya sama sekali tidak merumput
sekalipun di musim kompetisi 18/19.
Karena alasan tersebutlah, saya rasa Milan lebih baik menjual
Strinic di bursa transfer musim ini, dan meggantinya dengan pemain yang lebih
fit, yang tidak gampang cedera. Hal ini tentu akan memudahkan Milan dalam
memilih pemain di dalam skuatnya di musim depan.
Hakan Calhanoglu
Satu dari dua pemain Milan di musim 18/19 yang beragama Islam/wolrdfootball.net |
Milan memboyong Calhanoglu dari klub Jerman, Bayern Leverkusen, di awal
musim kompetisi 17/18. Permainannya yang cukup atraktif membuat Milan kesengsem
untuk merekrutnya.
Dua musim sudah dia berkostum Milan. Dan selama dua musim itu pula,
dia selalu menjadi pilihan utama Milan untuk mengisi sektor kiri penyerangan
Milan. Tapi meski begitu, selama berkostum Milan, saya rasa permainannya
biasa-biasa saja, bahkan cenderung selalu ada yang kurang dari cara dia bermain.
Cara menggiringnya memang indah, tendangan kaki kanannya beberapa
kali bisa menjebol gawang lawan dari luar kotak pinalti. Tapi ya, itu, saya
merasa selalu ada yang kurang dari permainannya. Mungkin singkatnya, dia itu
kurang determinasi, kurang ngotot dalam mengejar dan mendribel bola.
Pernah sekali waktu dia dikritik oleh Gattuso (pelatih Milan musim 17/18) karena dia tidak seketika berdiri setelah dijatuhkan lawan dalam perebutan bola.
Pernah sekali waktu dia dikritik oleh Gattuso (pelatih Milan musim 17/18) karena dia tidak seketika berdiri setelah dijatuhkan lawan dalam perebutan bola.
Satu-satunya hal yang saya sukai dari Calhanoglu adalah, dia
seorang Muslim. Jarang-jarang dalam sejarah klub, Milan memiliki pemain yang
bergama Islam. Tapi di atas itu, ada satu hal lain yang dapat membuat saya
lebih menyukainya: jika dia segera laku di bursa transfer musim panas 2019.
Harga Calhanoglu di pasaran berada di angka 20 juta euro, jumlah
yang cukup membantu Milan untuk bisa keluar dari jeratan pelanggaran FFP.
Dikabarkan sudah ada dua klub dari Liga Jerman yang mengingikan jasanya.
Ya saya rasa, lebih baik dia mau mempertimbangkan untuk menerima
tawaran dari klub Jerman tersebut. Sebab yang sudah-sudah, hanya ada dua Liga
yang mampu menjamin moncernya karir pemain asal Turki, yakni di liga lokal mereka,
dan satu satu liga lagi, di Liga Jerman.
Frank Kessie
Satu-satunya skuat utama Milan di musim 18/19 yang berasal dari Benua Afrika/worldfootball.net |
Sama seperti Calhanoglu, Frank Kessie adalah salah satu skuat utama
Milan di musim kompetisi 18/19, yang lebih baik dijual Milan. Harga pasaran
Kessie yang mencapai 33 juta euro (pemain ke-lima termahal Milan), tentu saja akan
sangat membantu Milan dalam memperbaiki neraca finansial klub.
Selain soal harga, Giampaolo, banyak dikabarkan tidak akan memakai
jasa gelandang timnas Pantai Gading ini di musim kompetisi 19/20. Giampaolo
lebih menginginkan gelandang yang bertipe taktikal, ketimbang fisikal seperti
Kessie.
Kebutuhan Milan akan gelandang taktikal memang urgen jika dilihat
berdasarkan performa klub. Di musim 18/19, Milan hanya mampu mencetak 55 gol,
paling rendah di antara tim yang finish di urutan enam besar.
Salah satu alasan yang paling mungkin adalah minimnya gelandang
taktikal kreatif yang mampu menyuplai bola-bola matang kepada para sriker.
Total, saya hanya melihat Lucas Paqueta dan Giancomo Bonaventura yang bisa
mengambil peran tersebut secara cukup apik.
Melihat itu, saya berharap Milan bisa segera menjual Kessie, dan
segera mendapat gelandang baru yang lebih taktikal, yang nantinya bisa
menyuplai bola-bola matang kepada Kristof Piatek, Thiago Silva, atau Patrick
Cutrone secara maksimal.
---
Secara keseluruhan performa Milan di musim kompetisi 17/18 sebenarnya
lebih baik daripada musim-musim sebelumnya. Produktivitas Milan dalam membuat
gol meningkat. Dan jantung pertahanan Milan juga semakin solid.
Ditambah lagi, akibat krisis Finansial, Milan kini “dipaksa” membeli pemain muda. Suatu hal yang justru menyehatkan kondisi finansial klub.
Ditambah lagi, akibat krisis Finansial, Milan kini “dipaksa” membeli pemain muda. Suatu hal yang justru menyehatkan kondisi finansial klub.
Di bawah kendali Elliot Management, pelan-pelan Milan mulai berani
bertaruh dengan membangun jalan dan identitas yang baru. Pertaruhan yang saya
yakin, akan membawa klub ke arah yang diidamkan.
Forza Milan!
KABAR BAIK!!!
ReplyDeleteNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.