Thursday 4 July 2019

AC Milan dan Sederet Pemainnya yang Lebih Baik Dijual di Bursa Transfer 2019

Skuat Milan di Musim Kompetisi Serie A 18/19 / sempremilan
Kompetisi sepakbola kasta tertinggi Italia (Serie A) musim 18/19 sudah resmi berakhir prematur. Juventus sudah bisa mengunci gelar juara ketika kompetisi baru berjalan di pekan ke-33. Sedangkan kompetisi secara resmi baru berakhir pada pekan ke-38. Terlebih lagi, Juventus sama sekali tidak tersetuh oleh tim-tim lain dalam perebutan posisi puncak, bahkan oleh Napoli, sang runner-up yang berselisih sampai 20 poin ketika gelar juara sudah dipastikan menjadi milik klub asal Kota Turin itu.
Tim-tim besar Serie A yang lain, seperti Inter, Milan, dan Roma, justru gagal memperlihatkan taji mereka sebagai tim besar, dan sebagai tim yang punya sejarah besar. Mereka justru nguplek sendiri dalam memperebutkan posisi ketiga dan keempat. Layaknya tim-tim semenjana pada umumnya, mereka sudah sangat “merasa accomplish sesuatu” saat berhasil memperoleh tiket Liga Champions di musim berikutnya.
Nasib lumayan mujur masih menaungi Inter. Mereka bisa finish di posisi empat besar, yang artinya mereka masih berhak memperoleh satu tiket ke Liga Champions musim depan. Naas bagi Milan dan Roma, yang justru harus tercecer ke posisi kelima dan keenam. Hal itu memupuskan harapan mereka untuk bisa berkompetisi di Liga Champions musim depan.
Justru Atalanta, tim medioker yang sama sekali tidak dipertimbangkan, yang secara mengejutkan bisa finish di posisi ketiga. Selain sukses membuat malu wajah Inter, Roma, dan Milan, hal itu membuat mereka berhak berkompetisi di Liga Chamipons untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah klub.
Melihat hal itu tentu saja membuat saya cukup gusar. Apalagi melihat Milan (tim yang sudah saya ikuti sepak terjangnya beberapa tahun terakhir ini) yang lagi-lagi gagal untuk memenuhi harapan para fans-nya, yang hanya ingin melihat tim yang disukainya itu bisa berlaga lagi di kompetisi Liga Champions.
Para fans Milan pasti paham, bahwa klub itu sedang dalam masalah finansial yang cukup serius, disebabkan sudah melanggar Finansial Fair Play (FFP). Andai saja lolos ke Liga Champios, Milan sebenarnya secara otomatis berhak atas dana segar sekitar 800-an milyar sebagai hadiah kepada setiap tim yang mampu lolos ke bapak penyisihan grup Liga Champions.  
Dana sebanyak itu tentu saja akan sangat membantu Milan dalam usahanya menyeimbangkan neraca keuangan mereka yang masih defisit sampai saat ini.
---
Dengan berakhirnya musim kompetisi, jagat sepakbola selanjutnya diramaikan dengan bursa trasnfer pemain. Momen tersebut adalah waktu tepat bagi Milan untuk segera moved on dari masa-masa suramnya, dan yang paling penting segera pulih dari masalah finansial mereka.
Salah satu langkah yang paling lumrah dilakukan klub-klub yang tersandung masalah finansial tentu saja dengan memperoleh dana segar sebesar dan sesegera mungkin, serta menekan pengeluaran klub seefisien mungkin.
Lalu dari mana Milan bisa memperoleh dana segar dengan jumlah yang relatif besar? 

Dari penjualan para pemainnya. Dan di posisi sekarang, saya rasa Milan tidak punya pilihan lain selain harus menjual beberapa pemain pentingnya.
Beberapa pemain Milan, seperti Cristian Zapata, Ignazio Abate, Jose Mauri, Riccardo Montolivo, dan Andrea Bertolacci sudah dipastikan hengkang dari Milan. Hengkangnya mereka bukan disebabkan ada tim lain yang membelinya, tapi karena manajemen Milan yang memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak mereka yang berakhir pada Juni 2019. Itu artinya, Milan tidak memperoleh apa-apa dengan kepergian mereka.
Meski tidak banyak membantu dalam mengurangi krisis finansial Milan, tapi paling tidak hengkangnya mereka akan sedikit mengurangi pengeluaran klub yang berasal dari gaji pemain.
---
Untuk sedikit menstabilkan neraca finansial, saya rasa Milan mau tidak mau harus mampu menjual beberapa pemain pentingnya dan tentu saja ditambah lagi dengan menjual beberapa pemainnya yang memang tidak banyak berkontribusi bagi klub.
Sebagai seseorang yang lumayan mengikuti perjalan Milan sejak era kepemilikan Yonghong Li, saya rasa tidak ada salahnya dong untuk sedikit mengeluarkan unek-unek saya tentang siapa saja pemain Milan yang sebaiknya dijual demi menstabilkan kembali kondisi finansial klub, sekaligus mungkin juga bisa meningkatkan performa klub dengan hengkangnya para pemain ini.
Pemain-pemain Milan yang sebaiknya dijual di bursa transfer musim panas 2019 adalah:
Antonio Donnaruma
Antonio Donnaruma (yang merupakan Kakak dari G. Donnaruma)/worldfootball.net
Saya rasa tidak bayak yang akan protes jika saya berpedapat, A. Donnaruma lebih baik angkat kaki saja dari Milan. Di musim kompetisi Serie A 17/18 saja, dia tidak mendapat jatah bermain semenit pun. Dengan kata lain, nol kontribusinya untuk Milan.
Satu-satuya konstribusinya untuk Milan adalah pada musim kompetisi 16/17, saat transfernya ke Milan pada saat itu menjadi salah satu syarat dari pihak G. Donnaruma (kiper utama Milan) untuk mau memperpanjang kontrak dengan Milan. Maka tidak heran, jika para fans radikal Milan menjulukinya sebagai parasit di tubuh Milan.
Memang betul jika A. Donnaruma jadi hengkang dari Milan tidak serta merta membuat krisis finansial Milan membaik. Lah wong harganya cuma 500 ribu euro. Tapi paling tidak, itu bisa sedikit memperbaiki wajah Milan di deretan para pemain.
Masa tim sekelas Milan, pemegang gelar Liga Champions tujuh kali, punya pemain yang sudah berusia 29 tahun dengan harga Cuma 500 ribu euro. Kan wagu!
Gianluigi Donnaruma
G. Donnaruma dalam kostum Timnas Italia/worldfootbal.net
Muda, bertalenta, dan tajir. Itulah gambaran umumnya. Di usianya yang masih 20 tahun, dia sudah mampu menjadi salah satu kiper dengan bayaran tertinggi di Serie A. Selain itu, sejak pertama kali diorbitkan dari tim Primavera (Tim Juniornya Milan), G. Donnaruma selalu menjadi pilihan utama pelatih untuk menjaga pos pertahanan terakhir Milan. Singkat kata, dia adalah aset paling berharga Milan saat ini.
Berkat penampilannya yang secara umum apik, harga jualnya pun melambung tinggi. Sampai saat ini harga pasaran kiper yang sudah berhasil menembus timnas senior Italia itu berada di angka 55 juta euro, atau sekitar 790-an milyar rupiah.
Perlu diingat, bahwa kondisi finansial Milan sedang krisis. Oleh karena itu, saya rasa penjualan aset terbaik adalah salah satu cara efisien yang bisa dilakukan Milan untuk sedikit membebaskan klub dari kondisi tersebut.
Jika Milan berhasil menjualnya, selain dipastikan akan memperoleh dana segar dengan jumlah yang cukup tinggi, Milan juga bisa mengurangi pengeluaran klub dari gaji G. Donaruma, yang mencapai 4,5 juta euro per pekan. 

Kalau dirupiahkan itu sekitar 71 juta. Iya, 71 juta. Kalian tidak salah baca atau hitung. Sekali lagi, dia digaji Milan sebesar 71 juta rupiah cuma dalam hitungan pekan!
Nah, lalu siapa yang akan menjadi penggantinya di skuat utama Milan?
Kalau soal itu, saya tidak terlalu risau. Milan masih punya Pepe Reina, kiper yang makin tua, makin jadi. Usianya sudah 30 tahun lebih, tapi penampilan masih saja lincah saat diminta pelatih untuk meggantikan G. Donnaruma di musim lalu.
Dan ingat! Milan juga masih punya A. Plizzari. Kiper yang tidak kalah muda dari G. Donaruma ini sudah dipercaya menjadi kiper utama Timnas Italia di ajang Piala Eropa U-21. Dan penampilannya dinilai banyak pihak, cukup apik. Mulai dari sana, saya cukup penasaran tentang apa yang akan diberikan A. Plizzari untuk Milan di musim depan.
Yang jelas, kedua kiper tersebut memiliki kelebihan utama yang lumayan menguntungkan jika dilihat dari kondisi klub sekarang, yang tidak dimiliki oleh G. Donnaruma: Gaji mereka murah. Hehehe...
Mattia Caldara
M. Caldara saat masih dipinjamkan ke Atalanta oleh Juventus/worldfootball.net
Diboyong dari Juventus pada pertengahan musim kompetisi 18/19, Caldara diharapkan bisa menjadi duet sepadan A. Romagnoli di jantung pertahanan Milan. Pesta penyambutan kedatangan Caldara ke Milan saya rasa cukup meriah. Bersama Higuain, dia dipajang di atas balkon sebuah gedung sambil melambaikan tangan kepada para Milanisti yag mengeluh-eluhkan namanya dari bawah.
Tapi itu semua hanya sekedar euforia di awal. Baru memasuki sesi latihan sekitaran satu atau dua bulan setelah resmi berkostum Milan, Caldara langsung mengalami cedera parah yang mengharuskannya absen hingga enam bulan. Hasilnya, sampai musim kompetisi Seria A berakhir, Caldara belum sama sekali diberikan kesempatan bermain.
Kabar baik sempat muncul tentang Caldara. Dia diprediksi bisa merumput kembali ketika Milan akan berhadapan dengan Inter di paruh kedua musim kompetisi kemarin. Namanya memang mucul di skuat cadangan Milan. Namun setelah pertandingan itu, namanya kembali tenggelam dari radar skuat Milan.
Jika dilihat dari ketidakkonsistenan nama Caldara masuk di skuat Milan, saya menjadi kurang yakin dengan kapasitas Caldara yang sempat dieluh-eluhkan sebagai salah satu bek muda terbaik Italia. Apalagi jika menilik kondisinya musim lalu, dia sangat rawan mengalami cedera.
Oleh karena itu, menurut saya Milan lebih baik menjualnya saja. Akibat cedera yang dideritanya selama semusim penuh, harga jualnya pun anjlok. Yang awalnya berada di angka 35 juta euro, hanya menjadi 20 juta euro per Juli 2019. Tapi itu jumlah yang sudah lumayan lah untuk sedikit menambal kebocoran keuangan klub.
Pertanyaan selanjutya sih, apa ada klub yang mau membeli pemain yang rawan cedera seperti dia? Ya, lihat saja nanti.
Tapi sejujurnya, saya masih punya sedikit harapan terhadapnya untuk bisa merumput lagi bersama Milan. Mengingat, Milan saat ini sedang sangat membutuhkan bek tengah. Christian Zapata yang bertugas sebagai pelapis Musacchio, dan Romagnoli, sudah dipastikan tidak diperpanjang kontraknya oleh Milan.
Kalau dia memang tidak dijual Milan, mudah-mudahan Giampaolo, pelatih Milan yang baru, berkenan memberikan kesempatannya untuk bermain. Dan kalau sudah diberikan kesempatan, lebih baik dia mampu memberikan penampilan terbaiknya. Masih ingat, kan, nasib Higuain yang jersey atas namanya sampai-sampai dipipisin fans radikal Milan gara-gara gagal memenuhi harapan banyak pihak.
Ivan Strinic
I. Strinic saat masih berseragam Napoli/wolrdfootbal.net
Pada awalnya saya mengira, Milan cukup berutung bisa mendatangkan Strinic ke San Siro dengan free transfer alias gratis dari Sampdoria. Pasalnya, meski sudah berusia 31 tahun, penampilannya masih cukup memukau, dengan mampu membawa Kroasia mencapai partai final Piala Dunia 2018. Hal ini lah yang membuat Milan kepincut utuk memboyongnya.
Tapi lagi-lagi itu hanya euforia di awal. Persis setelah resmi berseragam Milan, Strinic malah didiagnosis menderita penyakit jantung, lebih tepatnya otot jantungnya yang bermasalah. Menurut beberapa sumber, hal itu bisa menyebabkan terhambatnya peredaran darah ke seluruh tubuh. Tidak mau mengambil risiko, dokter menyarankan Strinic untuk istirahat total dari dunia olahraga selama enam bulan.
Setelah dinyatakan pulih dari penyakit jantungnya, Strinic dikabarkan malah menderita cedera engkel, yang mengharuskannya kembali istirahat selama tiga bulan. Praktis, hal itu membuatnya sama sekali tidak merumput sekalipun di musim kompetisi 18/19.
Karena alasan tersebutlah, saya rasa Milan lebih baik menjual Strinic di bursa transfer musim ini, dan meggantinya dengan pemain yang lebih fit, yang tidak gampang cedera. Hal ini tentu akan memudahkan Milan dalam memilih pemain di dalam skuatnya di musim depan.  
Hakan Calhanoglu
Satu dari dua pemain Milan di musim 18/19 yang beragama Islam/wolrdfootball.net
Milan memboyong Calhanoglu dari klub Jerman, Bayern Leverkusen, di awal musim kompetisi 17/18. Permainannya yang cukup atraktif membuat Milan kesengsem untuk merekrutnya.
Dua musim sudah dia berkostum Milan. Dan selama dua musim itu pula, dia selalu menjadi pilihan utama Milan untuk mengisi sektor kiri penyerangan Milan. Tapi meski begitu, selama berkostum Milan, saya rasa permainannya biasa-biasa saja, bahkan cenderung selalu ada yang kurang dari cara dia bermain.
Cara menggiringnya memang indah, tendangan kaki kanannya beberapa kali bisa menjebol gawang lawan dari luar kotak pinalti. Tapi ya, itu, saya merasa selalu ada yang kurang dari permainannya. Mungkin singkatnya, dia itu kurang determinasi, kurang ngotot dalam mengejar dan mendribel bola. 

Pernah sekali waktu dia dikritik oleh Gattuso (pelatih Milan musim 17/18) karena dia tidak seketika berdiri setelah dijatuhkan lawan dalam perebutan bola.
Satu-satunya hal yang saya sukai dari Calhanoglu adalah, dia seorang Muslim. Jarang-jarang dalam sejarah klub, Milan memiliki pemain yang bergama Islam. Tapi di atas itu, ada satu hal lain yang dapat membuat saya lebih menyukainya: jika dia segera laku di bursa transfer musim panas 2019.
Harga Calhanoglu di pasaran berada di angka 20 juta euro, jumlah yang cukup membantu Milan untuk bisa keluar dari jeratan pelanggaran FFP. Dikabarkan sudah ada dua klub dari Liga Jerman yang mengingikan jasanya.
Ya saya rasa, lebih baik dia mau mempertimbangkan untuk menerima tawaran dari klub Jerman tersebut. Sebab yang sudah-sudah, hanya ada dua Liga yang mampu menjamin moncernya karir pemain asal Turki, yakni di liga lokal mereka, dan satu satu liga lagi, di Liga Jerman.
Frank Kessie
Satu-satunya skuat utama Milan di musim 18/19 yang berasal dari Benua Afrika/worldfootball.net
Sama seperti Calhanoglu, Frank Kessie adalah salah satu skuat utama Milan di musim kompetisi 18/19, yang lebih baik dijual Milan. Harga pasaran Kessie yang mencapai 33 juta euro (pemain ke-lima termahal Milan), tentu saja akan sangat membantu Milan dalam memperbaiki neraca finansial klub.
Selain soal harga, Giampaolo, banyak dikabarkan tidak akan memakai jasa gelandang timnas Pantai Gading ini di musim kompetisi 19/20. Giampaolo lebih menginginkan gelandang yang bertipe taktikal, ketimbang fisikal seperti Kessie.
Kebutuhan Milan akan gelandang taktikal memang urgen jika dilihat berdasarkan performa klub. Di musim 18/19, Milan hanya mampu mencetak 55 gol, paling rendah di antara tim yang finish di urutan enam besar.
Salah satu alasan yang paling mungkin adalah minimnya gelandang taktikal kreatif yang mampu menyuplai bola-bola matang kepada para sriker. Total, saya hanya melihat Lucas Paqueta dan Giancomo Bonaventura yang bisa mengambil peran tersebut secara cukup apik.
Melihat itu, saya berharap Milan bisa segera menjual Kessie, dan segera mendapat gelandang baru yang lebih taktikal, yang nantinya bisa menyuplai bola-bola matang kepada Kristof Piatek, Thiago Silva, atau Patrick Cutrone secara maksimal.
---
Secara keseluruhan performa Milan di musim kompetisi 17/18 sebenarnya lebih baik daripada musim-musim sebelumnya. Produktivitas Milan dalam membuat gol meningkat. Dan jantung pertahanan Milan juga semakin solid. 

Ditambah lagi, akibat krisis Finansial, Milan kini “dipaksa” membeli pemain muda. Suatu hal yang justru menyehatkan kondisi finansial klub.
Di bawah kendali Elliot Management, pelan-pelan Milan mulai berani bertaruh dengan membangun jalan dan identitas yang baru. Pertaruhan yang saya yakin, akan membawa klub ke arah yang diidamkan.
Forza Milan!
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html