Sunday 22 July 2018

Review: Incredibles 2 (2018)

poster incredibles 2
Incredibles 2/impawards.com
14 Juni 2018 barangkali menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak penikmat film animasi, khususnya para penggemar cerita keluarga superhero yang sempat fenomenal 14 tahun silam: Incredibles. Bagaimana tidak? Setelah film pertamanya dirilis tahun 2004, akhirnya Studio Animasi Pixar resmi merilis sekuelnya:  Incredibles 2. Tentu saja dalam waktu tunggu yang sangat panjang, ekspektasi tinggi sangat dibebankan pada sang sutradara, Brad Bird, untuk mampu membawakan film yang kedua ini lebih atau (paling tidak) sama suksesnya dengan film pertamanya.
Pertarungan antar Perspektif
review incredibles 2
Kostum baru Elastigirl/pixar.com
Sebuah usaha radikal dalam mengubah perspektif buruk publik terhadap diri kita, itulah yang kira-kira menjadi sumber konflik dalam film  Incredibles 2. Dalam durasi 30 menit pertama menonton film ini, saya teringat dengan film Hancook (Will Smith) dan Gone Girl (Rosamund Pike dan Ben Affleck), yang kurang lebih menawarkan konflik yang sama: tokoh utama dalam kedua film tersebut sama-sama berusaha merubah perspektif buruk dirinya di mata publik.
Ya, dalam sekuel ini keluarga Bob Parr mendapat citra buruk dari pemerintah dan publik setempat akibat ulah mereka sebagai Superhero. Citra buruk ini diperoleh setelah mereka gagal melumpuhkan perampokan Bank oleh  Underminer, dan ditambah dengan besarnya kerusakan properti publik akibat pertarungan hebat mereka. Mulai dari sana, pemerintah tidak mau lagi menaungi segala jenis aktivitas suerhero. Dengan kata lain, semua aktivitas superhero ditetapkan sebagai tindakan ilegal.
Adalah dua orang pengusaha kaya perusahaan telekomunikasi yang berinisiatif menyelematkan keluarga Bob Parr dari keterpurukan. Mereka menawarkan sebuah ide yang sama sekali belum pernah ada di benak kepala para superhero: sebuah perspektif. Mereka menginginkan agar segala bentuk aktivitas superhero direkam menggunakan kamera kecil buatan mereka, untuk nantinya disebarluaskan ke publik. Sehingga, perspektif yang dimiliki seorang superhero soal aktivitas superhero, yang selama ini tertutup oleh rusaknya gedung-gedung, akan mampu dimunculkan ke hadapan publik. Publik nantinya akan mendapat asupan berupa perspektif yang selama ini tidak pernah mereka peroleh.
Dalam pemilihan konflik di atas, saya rasa Brad Bird berusaha menuangkan kondisi nyata dunia sekarang yang pergerakannya sangat dipengaruhi oleh perspektif media melalui film ini. Secara tidak langsung, dia juga ingin menggambarkan dampak besar yang dapat dihasilkan oleh peran media dalam membentuk perspektif publik. Dan dia berhasil mengeksekusinya dengan baik melalui film ini. Dengan hasil rekaman aksi heroik superhero yang disiarkan melalui berbagai media, secara perlahan para superhero kembali merasakan nikmatnya sebuah empati publik.
Dialog-Dialog yang Dikemas Mendalam
bayi jack jack
Bayi jack-jack dan Bob/pixar.com
Selain sukses mengangkat konflik “perspektif” yang jarang diangkat dalam dunia superhero, Incredibles 2 juga dapat dikategorikan sebagai drama animasi keluarga terbaik Pixar sejauh ini. Alasan pertama tentu saja, karena film ini memiliki tokoh utama yang merupakan pasangan suami-istri dengan tiga orang anak (keluarga besar). Alasan kedua (dan ini yang paling menetukan) adalah ramuan dialog-dialog di antara mereka yang terkemas dengan mendalam. Meski salah satu pasar terbesar film ini adalah anak-anak, namun kebanyakan dialog yang tersaji sangat jelas menyasar kepada orang dewasa.
Salah satu dialog yang menarik adalah dialog antara Bob dan Helen yang berdebat soal jalan mereka menjadi superhero sesaat setelah kebijakan pelarangan atas aktivitas superhero disahkan. Helen mengakui jika dirinya dan keluarganya memang salah karena sudah bertindak di luar hukum, sedangkan Bob bersikukuh bahwa diri mereka tidak salah, hukumnya lah yang harus diubah. Di sana jelas terlihat, masing-masing mereka memiliki cara pandang radikal yang berbeda samasekali.
Dialog yang tidak kalah menarik adalah saat Helen sebagai Elastigirl lebih dipilih oleh kedua pengusaha telekomunikasi ketimbang Bob sebagai Mr. Incredible dalam misi pengembalian nama baik superhero. Ada rasa tidak terima dari Bob di sana, karena didesak untuk menyerahkan peran vitalnya sebagai penyokong utama kehidupan keluarga kepada sang istri. Meski pada awalnya Bob berusaha mempertahankan idelaismenya tersebut, pun pada akhirnya dia mengalah.
Tidak hanya Bob, dan Helen, namun Violiet dan Dash (dua anak tertua mereka) juga berperan penting dalam menjadikan film ini menempati tempat teratas kategori tontonan keluarga tahun 2018. Di adegan saat orang tua mereka berdebat hebat, misalanya, Dash beberapa kali menyela perdebatan mereka dengan pertanyaan dan pernyataan yang mendasar dan polos khas anak-anak, yang kerap kali justru membuat kedua orang tuanya luluh dan pada akhirnya menjadikan salah pihak mau mengalah.
Terlebih lagi Violet, dia memiliki peranan yang lebih penting. Brad Bird memutuskan untuk memasukkan satu elemen penuh konflik yang dikhususkan kepada Violet. Apalagi kalau bukan masalah cinta monyetnya dengan laki-laki yang dia sukai di sekolah. Usaha-usaha yang diperlihatkan Bob dalam membantu Violet menyelesaikan masalah putrinya di film ini merupakan langkah cerdas Brad Bird dalam usahanya menghadirkan suasana kekeluargaan yang lebih kental di film ini. 
Jika dibanding dengan film yang pertama, unsur drama keluarga dalam film yang kedua ini jelas lebih kuat. Selain disebabkan konflik-konflik di atas, hadirnya si bayi Jack-jack juga menjadi sebab yang lain. Lagi-lagi di sini berkat peran kuat Bob di film ini. Disebabkan istrinya harus bekerja di luar rumah, maka Bob lah yang bertanggungjawab merawat si Jack-jack. Adegan-adegan yang dipenuhi dengan jerih payah seorang ayah dalam merawat bayinya (dan juga kakak-kakanya) memiliki daya tarik emosional yang kuat terhadap penonton, terutama bagi mereka yang mulai beranjak remaja, dan terlebih lagi kepada mereka yang sudah menjadi seorang ayah.
Hal menarik yang lain dalam film ini adalah, Brad Bird tidak serta-merta menghilangkan secara penuh peran Helen sebagai seorang ibu dalam hal merawat anak-anaknya, terutama Jack-jack. Meski selalu berada di luar rumah. Dalam salah satu adegan, saat dia selesai bertugas dengan kostum Elastigirlnya, sambil beristirahat di sebuah hotel, dia menghubungi Bob dan bertanya keadaan anak-anak mereka. Dan layaknya para ibu di dunia ini, ada satu hal yang sangat dia idamkan di tengah kesibukannya: Ingin menjadi orang pertama yang melihat kemunculan kekuatan super si Jack-Jack. Ya, Helen tetap konsisten dengan karakternya yang kuat: seorang ibu yang selalu mengkhawatirkan anak-anaknya.
Di adegan yang lain, tepatnya di bagian akhir film saat satu keluarga superhero ini berkumpul (terasuk si bayi Jack-jack di dalamnya) hendak bertarung melawan villain, Bob yang saat itu membawa si bayi Jack-jack dalam pertarungan memberitahukan Helen, bahwa bayi mereka sudah mampu mengeluarkan kekuatan super. Perasaan Helen campur aduk saat mendengar berita itu, antara marah, menyesal, tapi sekaligus bahagia. Dia tentu bahagia dengan kabar tersebut, namun sekaligus marah, karena Bob tidak memberitahukan berita tersebut dengan segera. Serta tentu saja menyesal, sebab dia sudah kehilangan salah satu momen terpenting di dalam hidupnya: Tidak menjadi orang pertama yang melihat fase penting perkembangan anaknya.
Karakter Villain yang Lemah
villain screen slaver
Screen Slaver/pixar.com
Sama dengan film yang pertama, karakter villain di film yang kedua ini muncul akibat kekecewaannya terhadap superhero. Di film ini, sang villain kecewa lantaran superhero yang sudah menjadi pelindung keluarganya dari waktu ke waktu justru absen ketika kedua orangtuanya dirampok dan akhirnya dibunuh oleh penjahat. Sebuah alarm khusus yang biasa mereka gunakan untuk memanggil superhero, entah mengapa tidak berhasil menghadirkan mereka. Dari sana dia berkesimpulan, bahwa kehadiran superhero di dunia ini justru membuat orang-orang ketergantungan. Dan membuat mereka lemah. Oleh karena itu, superhero harus dimusnahkan.
Dengan menggunakan kecerdasannya dalam bidang teknologi, dia menghukum orang-orang yang terlalu bergantung kepada superhero dengan kekuatan menghipnotis melalui layar monitor. Dia menyembunyikan identitas aslinya dengan topeng Screen Slaver. Meski kekuatan menghipnotis sudah terlalu biasa di dalam dunia superhero, namun metode yang dia gunakan (yakni melalui layar monitor) menjadi sesuatu yang menurut saya baru. Selain itu, motivasinya dalam menjadi seorang villain cukup menarik, dan bisa menjadi bahan refleksi orang-orang yang sudah terlalu bergantung kepada orang/sesuatu yang lain, gadget misalnya.
Namun saat film sudah memasuki twist, yakni saat secara perlahan Helen di dalam kostum Elastisgirlnya berusaha mengungkap siapa orang di balik topeng screen slaver, tidak ada kejutan yang berarti di sana. Jalan cerita setelahnya sudah sangat mudah diprediksi, siapa yang menjadi apa, dan bagaimana cerita akan diakhiri. Dengan kata lain, tidak ada perkembangan kualitas twist yang berarti di film yang kedua ini jika dibandingkan dengan film yang pertama. Dengan kata lain, dalam hal ini, saya rasa Brad Bird belum mampu memaksimalkan waktu tunggunya yang selama 14 tahun itu.
Ketimbang fokus kepada konflik antara superhero melawan penjahatsaya justru lebih terpuaskan dengan drama keluarga yang tersaji apik di film ini. Saya rasa, saya tidak terlalu mempermasalahkan andaikan film ini lebih dikhususkan lagi menjadi film drama keluarga superhero. Namun, toh tetap saja, bahwa  Incredibles 2 adalah film superhero anak-anak. Dan di mana ada superhero, maka selalu ada karakter villain yang harus dikalahkan.
Tontonan Animasi Terbaik Keluarga 2018
review incredibles 2 elastigirl
Peran utama menjadi milik Elastigirl/pixar.com
Meski pertarungan perspektif yang Brad Bird sajikan bukan merupakan hal yang benar-benar baru di dalam dunia superhero (Will Smith dalam Film Hancock pernah melakukannya), namun dia berhasil menyajikannya di waktu dan kondisi yang lebih tepat. Maksudnya,  Incredibles 2 dirilis di saat kondisi publik dunia secara umum sangat mudah dipengaruhi oleh perspektif-perspektif lain di luar mereka, terutama perspektif-perspektif yang banyak tampil di depan layar monitor (media). Oleh karena itu, saya rasa Brad Bird mampu menggunakan  Incredibles 2 sebagai senjata ampuh di waktu dan kondisi yang tepat.
Tidak banyak ditemukannya unsur kebaruan dalam twist di film ini memang patut disayangkan, namun itu hanya sedikit menurunkan kualitas penilaian film  Incredibles 2. Film ini tetap layak dinobatkan sebagai salah satu film animasi bergenre drama, aksi, dan keluarga terbaik di tahun 2018. Kualitas animasi yang disajikan oleh Pixar sangat detail, sampai-sampai helaian rambut masing-masing karakter sampai detail-detail pertarungan yang tersaji mampu teranimasikan dengan rapi. Ditambah adegan-adegan aksi para karakternya yang selalu membuat tatapan mata siapapun yang menontonnya tidak akan terlaihkan dari layar bioskop.
Namun yang lebih mengena daripada itu, unsur drama yang tersaji di dalamnya bisa menjadi bahan refleksi penting, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Melalui film ini, para orang dewasa barangkali tergugah untuk lebih bekerja keras menggunakan akal dan perasaan dalam menghadapi masalah apapun, terutama masalah keluarga. Dan untuk anak-anak, barangkali akan banyak pertanyaan kritis yang muncul dari mulut mereka tentang peran seorang ayah dan ibu di dalam sebuah keluarga. Karena (mungkin) ini pertama kalinya bagi mereka melihat seorang ayah yang justru lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bukan sang ibu.   
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html